Sebelum kedatangan agama Islam, Madinah bernama Yatsrib. Kota ini
merupakan salah satu kota terbesar di propinsi Hijaz. Kota ini merupakan
kota strategis dalam jalur perdagangan yang menghubungkan antara kota
Yaman di selatan dan Syiria di utara. Selain itu, Yatsrib merupakan
daerah subur di Arab yang dijadikan sebagai pusat pertanian. Sebagian
besar kehidupan masyarakat kota ini hidup dari bercocok tanam, selain
berdagang dan beternak.
Karena letaknya yang strategis dan berlahan subur maka tak heran jika
banyak penduduknya yang berasal dari bukan wilayah itu. Hampir bisa
dipastikan bahwa sebagian besar dari mereka adalah para pendatang yang
bermigrasi dari wilayah utara atau selatan. Pada umumnya mereka pindah
ke wilayah ini karena persoalan politik, ekonomi, dan
persoalan-persoalan kehidupan lainnya, misalnya bangsa Yahudi dan bangsa
Arab Yaman. Kedua bangsa inilah yang mendominasi kehidupan sosial
ekonomi dan politik.
Kelompok masyarakat Yahudi yang berdiam di kota Yatsrib kebanyakan
berasal dari wilayah utara. Mereka datang ke kota itu secara
bergelombang yang dimulai pada abad ke-1 dan ke-2 M. Mereka berusaha
menghindar dari kejaran bangsa Romawi yang ingin membunuh dan
menghancurkan kehidupan mereka. Pengejaran ini dilakukan karena bangsa
Romawi memandang bangsa Yahudi sebagai bangsa pemberontak. Mereka
melakukan pemberontakan terhadap kekuasaan bangsa Romawi yang tengah
berkuasa saat itu.
Sementara bangsa Arab datang ke Yatsrib karena negerinya dilanda bencana
alam, berupa hancurnya bendungan Ma'arib yang dibangun sejak masa ratu
Balqis ketika kerajaan Saba masih berjaya. Selain persoalan itu, alasan
kepindahan bangsa Arab selatan ini ke Yatsrib karena persoalan konflik
politik yang berkepanjangan yang melanda negara dan bangsa mereka. Dua
suku besar yang berhasil masuk dan menetap di Yatsrib adalah suku 'Aus
dan Khazraj.
Kedatangan bangsa Arab Yaman ke Yatsrib diperkirakan terjadi pada tahun
300 M. Mereka juga berdatangan secara bergelombang. Gelombang terbesar
terjadi pada akhir abad ke-4 M. Kedatangan mereka secara masal ini
ternyata mengalahkan jumlah masyarakat Yahudi yang lebih awal menetap di
kota itu.
Pada awalnya, kedua suku bangsa ini, yakni Yahudi dan Arab dapat hidup
secara berdampingan, saling menghormati satu sama lain dan sebagainya.
Namun dalam perkembangan selanjutnya, ketika masyarakat Arab melebihi
jumlah penduduk bangsa Yahudi, mulai timbul kecurigaan dan saling ancam.
Ketegangan ini berawal dari sikap bangsa Yahudi yang sangat sombong.
Mereka menyombongkan diri sebagai manusia pilihan Tuhan karena dari suku
mereka banyak diutus para nabi dan rasul. Selain itu, mereka adalah
pengaut agama tauhid, sementara masyarakat Arab adalah penyembah
berhala.
Apabila timbul konflik di antara mereka, dua kelompok sosial ini, orang
Yahudi selalu berkata dengan nada ancaman, "Kehadiran seorang Nabi yang
akan diutus sudah dekat. Dia akan memimpin kami untuk membunuh kalian."
Para pendeta jika ditanya tentang kedatangan Nabi mereka selalu menunjuk
ke Yaman. Isyarat itu bagi penduduk Yatsrib bukan negeri Yaman,
melainkan kota Mekkah. Oleh sebab itu, ketika orang Yatsrib mendengar
ada seseorang di Mekkah yang mengaku dirinya sebagai Nabi, mereka
membuka telinganya lebar-lebar untuk mencari informasi mengenai
kebenaran berita tersebut. Ketika musim haji tiba, mereka mengutus para
pemuda untuk datang dan menyelidiki kebenaran itu. Hasilnya, ternyata
berita yang disebarkan buru-buru mendatangi Nabi Muhammad saw. yang
kemudian menghasilkan dua perjanjian, yaitu Perjanjian Aqabah 1 dan
Perjanjian Aqabah II. Dari perjanjian ini kemudian mereka menyusun
strategi untuk meminta Nabi datang ke Yatsrib dan mengajak bangsanya
memeluk Islam.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa masyarakat Madinah atau Yatsrib
sebelum kedatangan agama Islam terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu
bangsa Yahudi yang datang lebih awal ke Yatsrib dan bangsa Arab Yaman.
Sumber : http://hikmah-kata.blogspot.com